Posts

Palestina

Image
Revitalisasi Kota Birzeit di Palestina oleh Prabham Wulung Kompas, 21 Agustus 2015 Warga Palestina dikejutkan oleh peristiwa pembunuhan dua aktifis pejuang kemerdekaan, yaitu Kamal Butros Nasser dan Muhammad Youssef al-Najjar di kegelapan malam kota Beirut pada tanggal 9 April 1973. Mereka berdua, masing masing beragama Kristen dan Islam, dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan atlet-atlet Israel di Olimpiade Munich yang dilakukan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) setahun sebelumnya. Yang paling berduka adalah kota Birzeit di utara Ramallah karena Nasser lahir di Birzeit sedangkan al-Najjar sempat tumbuh besar di kota itu. Meskipun berbeda keyakinan, mereka berdua, di bawah kepemimpinan Yasser Arafat, bahu-membahu menunjukkan perlawanan bangsa Palestina terhadap pendudukan Israel. Bagi Israel mereka teroris, tapi bagi penduduk kota Birzeit, mereka pahlawan.

Istanbul

Image
Mengenang Sebuah Kota oleh Prabham Wulung Kompas, 26 Juni 2015 Orhan Pamuk dalam buku karyanya, Istanbul: Memories and the City (2005) , memberikan kesimpulan kepada kita bahwa kota adalah tentang ingatan orang-orang mengenainya. Ya, karena setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda, ingatan atas kota yang ia kunjungi atau tinggali akan selalu unik. Itulah mengapa setiap kota akan dikenang dengan cara yang berbeda pula oleh setiap pribadi. Lalu bila kita bicara tentang Istanbul, sebuah kota yang terletak di pertemuan benua Asia dan Eropa, dipisahkan oleh selat yang menghubungkan Laut Hitam dam Laut Mediterania, memiliki sejarah panjang diperebutkan berbagai bangsa, dan pernah menjadi kota terpenting bagi kaum kristiani dan muslim sekaligus, bagaimana kita akan mengenangnya? Ini adalah kenangan saya.

Kertas

Image
Bangunan Kertas untuk Pengungsi oleh Prabham Wulung Kompas, 20 Maret 2015 Jepang dikenal sebagai negara asal seni melipat kertas atau origami. Kertas, sebagai material lemah bahkan rapuh, bisa dibentuk menjadi wujud yang jauh dari bentuk awalnya yang rata. Dari dasar ini pula, di Jepang timbul inovasi dan pencarian bentuk baru untuk menjadikan kertas bisa memiliki fungsi yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya, struktur utama bangunan. Selama ini, kita berpandangan struktur utama bangunan adalah baja atau beton. Kita juga bisa melihat kekayaan arsitektur vernakular milik nenek moyang yang menjadikan bambu dan kayu sebagai penopang utama rumah-rumah tinggal mereka. Namun, di tengah keterbatasan ketersediaan material, usaha menemukan bahan-bahan baru sebagai sarana struktur utama bangunan atau material pelengkap bangunan sangatlah penting.

Presiden

Image
 foto saya ambil dari http://cdn0-e.production.liputan6.com/medias/679077/big/ilustrasi-jokowi-jk-prabowo-hatta-140519b.jpg Di tengah hiruk pikuk pemilihan presiden ini, izinkan saya berbagi perasaan saya tentang proses yang buat saya cukup membuat pening ini. Saya sendiri tidak mengenal Jokowi, Jusuf Kalla, Prabowo, atau Hatta Rajasa secara pribadi. Yang saya tahu, mereka berempat orang hebat. Ya, bisa mencalonkan diri untuk memimpin rakyat Indonesia yang jumlahnya sampai seperempat milyar adalah luar biasa hebat. Berarti mereka dianggap sebagai pilihan yang paling pas sebagai calon pemimpin kita.

Bhre

Image
Aku baru sadar bahwa sudah lama sekali tidak menulis di blog ini. Parahnya, ini menyebabkan aku berat sebelah terhadap kedua anakku. Anak yang pertama aku tulis di dalam blog, sedangkan yang kedua belum. Ya, anak pertama memang cenderung diistimewakan karena ia adalah sumber segala keceriaan bermula. Meski begitu, anak-anak selanjutnya bukan berarti tidak istimewa. Hanya eforia itu memang sedikit berlalu. Bhre Reksa Bhagawanta Pratipodyo namanya. Seperti mbaknya, ia lahir normal dari rahim ibunya yang mengejan 48 jam untuk mengeluarkannya. Ah, memang perempuan adalah mahluk perkasa. Laki-laki mana tahan menderita seperti itu. Kami memanggilnya Bhre. Arti nama panjangnya kira-kira lagi-laki penjaga yang berbahagia, anak dari Bapak dan Ibu Pratipodyo. Ya, semoga ia bahagia, apapun keadaan yang menimpanya, dan mampu menjaga tutur kata dan tingkah lakunya. Sukur-sukur mampu menjaga negara yang melahirkannya, Indonesia. Di dalam usianya yang 2 tahun saat ini, aku melihat ba...

Pancoran

Image
  Tulisanku di Kompas  pada kolom opini halaman 7.   Saat Kepala Patung Pancoran di Samping Mobil Anda Selasa, 12 Februari 2013 Oleh : Prabham Wulung Warga kota Los Angeles pada tahun 1980-an pernah merasa begitu marah kepada orang tua dan wali kota-wali kota yang menjabat saat orangtua mereka hidup. Mereka menyesali mengapa pendahulu mereka setuju menghancurkan jalur kereta listrik dan menggantinya dengan jalan tol. Sejarah mencatat, tahun 1930- 1970, Los Angeles (LA) sangat giat membangun jalan tol di seluruh penjuru kota. Alhasil, Los Angeles menjadi kota yang penuh jalan tol. Dari satu sudut kota ke sudut lainnya bisa dicapai dengan berkendaraan pribadi di jalan tol. Sebuah pembelajaran Peter Hall dalam bukunya, Cities in Civilization (Phoenix Giant, 1999), menggambarkan Los Angeles sebagai freeways city . Oleh Hall digambarkan bagaimana penduduk LA dulu terpesona oleh dogma ”Impian Amerika”...

Kicau

Image
Dulu manusia mengungkapkan pikirannya melalui cerita. Buah pikiran menyebar ketika manusia saling membagi dari mulut ke mulut, turun temurun. Maka kita saat ini memiliki kitab suci, cerita rakyat, hikayat, larangan-pamali, karena cara ini. Ketika semakin maju dan ditemukan cara membuat kertas, buah pikiran manusia dituangkan melalui teknologi ini. Keluarlah surat kabar, koran, novel, makalah, tesis, dan turunannya. Cara ini beratus tahun telah menjadi andalan manusia menyebarkan pikiran, ideologi, agama, dan anutan politik. Manusia adalah mahluk berpikir. Maka teknologi yang dikeluarkannya terus berkembang. Ketika internet terus merasuk hingga ke meja kerja di rumah kita, ia juga mentransformasi umat manusia dalam menyebarkan pikiran mereka. Blog dan mailing list membuktikan bahwa penyebaran pikiran semakin cepat hinggap dari satu titik ke titik lain. Lalu lintas pertukaran ideologi menjadi semakin padat. Akibatnya, manusia bisa semakin terbuka atau justru semakin bertahan...

Galuh

Image
Anak perempuan kami sudah lahir pada 24 Oktober 2009 lalu. Terlahir dengan cara normal dengan berat 3.5 kg dan panjang 51 cm, bisa dibayangkan perjuangan istriku melahirkannya. Puji syukur kepada Sang Empunya Hidup yang mengizinkan kami untuk memperoleh kesempatan merawatnya. Kami memberinya nama Galuh Dahayu Waranggani Pratipodyo. Dulu, saat masih di kandungan, kami sudah mencari-cari nama apa yang akan diberikan kepadanya. Dari awal kami memang sepakat untuk memberikan nama yang "Indonesia" saja. Tapi, karena bumi Nusantara ini memang bhinneka, jadi makna Indonesia itu luas sekali. Bukan bermaksud Jawanisasi kalau kami menggunakan nama Jawa Kuno dan Sansekerta. Kalau saja kami orang Batak, mungkin ia kuberi nama Nauli atau Sondang, seperti seandainya kami dari Bali ia akan kuberi nama Ida Ayu. Galuh, nama panggilannya, terlahir di zaman internet. Namanya memang kami cari setelah tanya dari Mbah Gugel dan Pak Bing . Ketik saja "nama sansekerta" atau "nama jaw...

Kompos

Image
Tinggal di kampung bisa berarti tidak mungkin mendapat fasilitas seperti hidup di perumahan kelas atas dengan sarana yang komplit. Mungkin suasana guyub lebih mudah bisa didapat, tapi ada beberapa hal yang nampaknya harus diperjuangkan. Salah satunya sampah. Aku dan istri memang lumayan pusing harus memikirkan masalah sampah.Di lingkungan rumah kami, orang masih mengandalkan membakar sampah untuk memusnahkan sampah rumah tangga. Bisa dipahami karena lingkungan ini berawal dari tanah kebun dan sawah sehingga pada awalnya jarak antar rumah masih berjauhan dan sampah rumah tangga yang dihasilkan belum semasif sekarang. Ketika geliat kota mulai merambah kampung ini (termasuk kami yang tidak memiliki pilihan lain), jarak antar rumah menjadi semakin dekat dan orang semakin banyak menghasilkan sampah plastik. Membakar sampah adalah pilihan yang tidak bijaksana. Setelah sibuk mencari sumber bacaan dan literatur, pilihan yang kemudian kami ambil adalah membedakan sampah. Sampah basah seperti si...

King

Image
Liburan sekolah baru saja usai. Persoalan klasik tentang anak-anak Indonesia yang kesulitan menemukan bangku sekolah kembali muncul. Tapi ada yang bisa sedikit dicatat dari liburan kemarin ini, yaitu munculnya banyak film anak-anak Indonesia. Di tengah serbuan film horor dan komedi nakal, munculnya film anak-anak seperti Garuda di Dadaku dan King pantas diapresiasi. Di antara film Indonesia yang sedang beredar di bioskop, yaitu Maling Kuburans, Ketika Cinta Bertasbih, Garuda di Dadaku, dan King, aku memutuskan menonton yang terakhir. Alasan pertama adalah orisinalitas ide film. Aku melihat bahwa pengangkatan tema bulutangkis sebagai main core isi film lumayan brilyan. Sebagai salah satu parfum bangsa Indonesia di arena olahraga internasional, sudah layak dan sepantasnya bulu tangkis dijadikan kebanggan bersama. Film King melakukan itu. Ari Sihasale, sebagai produser dan sutradara, terlihat jelas dalam membawa arah film. Dari gambar-gambar indah di dataran tinggi Tengger, anak-anak yan...

Perempuan

Image
Banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiranku, perempuanku Tentang kota ini, juga orang-orang di dalamnya Tapi dalam beberapa waktu belakangan ini Semuanya adalah tentangmu Terus bertanya-tanya Apakah kau mirip ibumu Atau justru aku? Atau percampuran ibumu dan aku? Juga sedikit berkhayal Bahwa aku akan mengajarimu Sedikit tentang bumi pertiwi Tentang orang-orang sederhana yang akan kau temui Nanti aku yang akan membetulkan kuncir merahmu Sambil memberikan susu hangat Di malam dingin-dingin itu Atau kalau sedikit sudah besar Akan aku ajarimu renang gaya katak Karena kamu suka melihat katak, bukan? Terkadang timbul cemas Apakah aku mampu menjadi yang seharusnya aku kepadamu Seperti matahari kepada bumi Yang membuatnya hangat Seperti hujan kepada padi Yang membuatnya lepas dahaga Seperti takdir kepada kota ini Yang membuatnya tetap berdegup Lalu, adakah juga kau sudah bisa berpikir Mengapa kau ada dari tiada? Apakah hanya karena dari perjumpaan lingga dan yoni? Atau alam semesta yang me...

Tol

Image
Apa yang membedakan Jakarta dengan daerah lain di Indonesia? Padatnya permukiman penduduk? Polusi udaranya yang menyesakkan dada? Itu semua bisa jadi benar adanya. Tapi ada fenomena yang sedang mengubah wajah kota ini menjadi sebuah kota yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Coba perhatikan bagaimana Jakarta menyelesaikan salah satu masalah yang terberat dihadapi kota ini: kemacetan lalu lintas. Penyelesaiannya adalah pembuatan jalan bebas hambatan atau kita kenal dengan jalan tol. Mungkin masalah semantik dengan istilah “jalan bebas hambatan” bisa diperdebatkan karena jalan tersebut sebetulnya tidak benar-benar bebas hambatan. Tapi ada hal yang penting di sini untuk melihat sebuah proses Jakarta tidak akan lagi bisa menjadi kota untuk dihuni, namun berubah menjadi sekadar “jalan bebas hambatan”, seperti yang dialami Los Angeles. Termotivasi pikiran tersebut, saya menulis di koran berbahasa Inggris, The Jakarta Globe, tentang kondisi Jakarta yang lama-kelamaan menjadi kota penuh ...

20

Image
Apa yang bisa dilakukan di sebuah rumah berukuran 20 m persegi? Tidak banyak. Paling menonton televisi atau membaca. Kalau sedang mati gaya, apalagi hidup hanya berdua istri, yang ada lu lagi lu lagi. Satu-satunya yang bisa membunuh kebosanan adalah pergi keluar rumah dan bercocok tanam di halaman. Di halaman rumah kebetulan sudah ada pohon rambutan yang kalau berbuah manis sekali dan pohon melinjo. Kebetulan istriku mendapat tanaman buah 5 batang. Halaman rumah yang terbatas itu akhirnya penuh dengan tambahan pohon rambutan (lagi), klengkeng, jambu (2 batang), dan duh, satu lagi kok sampai lupa ya? Belum selesai. Ibu mertuaku tiba-tiba menyuruh kami memindahkan pohon jeruk dari rumahnya ke halaman rumah kami. Lalu, bapakku tiba-tiba membawa pohon mangganya untuk ditanam. Walah. Halaman seuprit tapi isinya tanaman buah melulu. Sepertinya mereka akan mengalami kompetisi yang berat untuk mendapat sinar matahari yang cukup. Hidup mereka akan keras. Tapi tidak apa. Yang bertahan pasti akan...

Ubud

Image
foto yang aku ambil di depan rumah kosku di Ubud Pernah tingal di Ubud selama beberapa waktu, lalu kembali ke Jakarta, adalah seperti melompati dua ruang waktu yang berbeda. Yang satu membuat dada berdegup cepat, satunya lagi menenangkan pikiran. Iseng-iseng membuka file foto-foto lama, dan menemukan beberapa foto yang aku buat selama tinggal di Ubud. Beberapa foto pemandangan alam, beberapa foto kawan-kawan lama. Semuanya membawaku kembali ke kota kecil itu. Tapi cukuplah untuk kata-kata melankolis. Segala wangi tanah dan ingatan tentang Ubud cukup di kepalaku saja. Mari kita berwisata di kota kecil itu menemani alam pikiranku yang berkelana ke sana. Bila Anda dari Denpasar, terus ke utara, setelah Sayan Anda akan menemui pertigaan Ubud. Segera belok kanan untuk mencapai pusat kota Ubud. Sampai ke puri Ubud, segera masuki pasar di depannya. Banyak hal remeh temeh khas Bali di situ. Tidak seramai Pasar Sukowati memang, sehingga terasa lebih intim. Puri Ubud mengadakan pertunjukan tari...

Rumah

Image
Rumah rancangan Geoffrey Bawa. Foto oleh Adrian Snell Rumah, betapa pun kecil dan sederhananya, selalu menjadi istana bagi yang mendiami. Idealisme itu yang kami, aku dan istri, usung ketika memutuskan menikah dan berpikir rumah seperti apa yang akan kami tempati. Kami tidak ingin memiliki rumah dengan kamar-kamar yang besar dan megah namun kering di dalamnya. Kalau diizinkan oleh Sang Empunya Hidup, kami ingin memiliki rumah sederhana yang angin bebas mengalir masuk dan keluar sehingga yang mendiami merasa sejuk. Kira-kira 6 bulan sebelum menikah sebenarnya kami sudah memulai untuk berburu rumah. Beberapa perumahan sempat kami datangi. Ternyata kami harus berpikir ulang. Membeli rumah di perumahan memang akan memudahkan mendapat kredit, tapi rumah yang dijual tidak ada yang sesuai dengan gaya kami. Terlalu membosankan dan bentuknya itu-itu saja. Garing (dan juga mahal hehe). Kami pun beralih pikiran untuk membeli tanah saja. Dengan membeli tanah, kami bisa membangun rumah dari nol ses...

Sri

Image
"Sri" yang selalu pulang kalau habis beli terasi Lagu daerah semakin ngepop. Maksudnya, bukan jamannya lagi lagu-lagu yang dinyanyikan dengan bahasa daerah dimainkan dengan gending, kecapi, kulintang, dan semacamnya. Organ tunggal menggantikan semuanya. Tema-tema yang diusung juga semakin penuh dengan nuansa "kekinian". Up to date . Coba bandingan dua lagu berbahasa Jawa di bawah ini. (Maaf memilih lagu berbahasa Jawa. Bukan Jawanisasi, tapi itu satu-satunya bahasa daerah yang saya lumayan mengerti). Yen Ing Tawang Ana Lintang (ciptaan Andjar Any) Yen ing tawang ana lintang, cah ayu aku ngenteni tekamu marang mega ing angkasa, ingsun takokke pawartamu Janji-janji aku eling, cah ayu sumedhot rasane ati lintang-lintang ngiwi-iwi, nimas tresnaku sundhul wiyatiDhek semana janjiku disekseni mega kartika kairing rasa tresna asih ...

Kasela

Image
Prabham Kasela.. Beberapa orang bangga akan tanah kelahirannya. Beberapa yang lain ingin menutup rapat-rapat asal-usulnya. Dalam perang antar ras atau suku, sebisa mungkin orang menghindar untuk memperlihatkan sukunya. Namun dalam pemilu, untuk menarik masa dari suatu ras, orang akan sebisa mungkin menunjukkan betapa dekatnya ia dengan ras tersebut. Ian Kasela adalah seseorang yang (mungkin) bangga atas latar belakangnya sebagai anak daerah dari Kalimantan Selatan sampai ia rela menambahkan nama panggungnya dengan singkatan Kalimantan Selatan: Kasela. Apa yang membuat orang begitu bangga akan tanah kelahirannya? Apakah hanya sekedar rasa keterikatan dengan masa lalu? Atau ada sesuatu yang harus ditonjolkan? Juga sebaliknya, apa yang membuat orang akan menyembunyikan rapat-rapat masa lalunya? Keburukan persepsi atas daerahnya kah? Kebetulan istriku terlahir di Indramayu. Bagi banyak orang, persepsi Indramayu buruk den...

Jurnal

Image
Meskipun menulis bagiku adalah salah satu cara pelepasan kepenatan selain memotret , memulainya adalah perjuangan tersendiri. Selain urusan pekerjaan yang terus memburu, urusan menikah adalah salah satu yang menghalangiku membarui blog ini. Kalau sudah terlalu lama tidak menulis seperti saat ini, cara yang termudah adalah membuat tulisan dengan cara jurnal. Paling tidak, ada sistem yang bisa dipakai. Daripada menuangkan seluruh pikiran yang berkecamuk tapi hasilnya tak karuan, lebih baik menulis berdasarkan urutan meskipun hasilnya pasti tak istimewa. Ayo dimulai. Di tengah suasana tidak menentu karena bapak (ayah istriku) sakit keras, pernikahan ini akhirnya terlaksana. Sempat terpikir hanya akan dilangsungkan pemberkatan di gereja, tanpa resepsi. Tapi dengan pertimbangan banyak hal, resepsi pun diadakan. Tidak besar-besaran. Tapi cukup membuat bahagia karena bisa mengucap syukur bersama kerabat terkasih. Ada blessing in disguise . Karena bolak-balik ke rumah sakit mengurus bapak yan...

Oendangan

Image
Kalaoe tiada halangan jang berarti, kalaoe selesma tiada menjerang warga Batavia seperti taoen laloe, toean dan njonja teman daripada sahaja dioendang oentoek tiba di pesta berkahwinnja saja dengan saja poenja perempoean poedjaan. Mohon djangan dibajangkan pesta seperti toean dan njonja biasa berdansa di gedoeng Harmonie di depan cantoor Governoor sebela oetara Lapangan Gambir. Tapi bila toean dan njonja sekedar maoe mengibing, ada kerontjong dan gambang djoegalah. Diberkatinja sahaja, anak toekang bikin gigi palsoe dengan Soesi Loesiani, anak goeroe di sekolah rakhajat dari Kampoeng Kranggan dilakoekan di boelan djoeli tanggal 5 poekoel 10 pagi di Indische Christelijke Kerk deket pondok jang gede bener, poenya Toean Tanah Lendeert dan njainja Inten. Administratie berkahwinnja sahaja djoega dilakoeken disitoe. Pesta berkahwin diadakan tiada jaoeh dari sitoe poekoel 7 malam. Djaoehnja dari kampoeng poenya orang aseli jang soenggoeh berdjoeta pohon ramboetannja, kira-kira h...

Peranakan

Image
Apa yang mempersamakan bakpia, nasi campur, dan lumpia? Banyak hal, namun kalau dilihat dari asal-usul kebudayaan tempat ketiga makanan itu berkembang, kebudayaan Tionghoa peranakan adalah yang mempersamakannya. Istilah "peranakan" sendiri muncul ketika gelombang migrasi terakhir kaum Tionghoa terus berdatangan ke Nusantara dari Tiongkok daratan di awal abad 20. Untuk membedakan Tionghoa totok yang baru tiba dengan Tionghoa generasi kedua atau ketiga, timbulah istilah "peranakan" untuk para generasi kedua-ketiga tersebut. Perlu diketahui, ada tiga gelombang besar suku Tionghoa datang ke bumi pertiwi. Yang pertama terjadi pada sekitar abad 15 (Laksamana Cheng Ho datang ke Indonesia juga pada masa itu). Yang kedua adalah ketika terjadi masa perang opium di daratan Tiongkok pada awal 1800-an. Yang terakhir pada awal abad 20. Selain itu, Tionghoa peranakan biasanya memiliki darah campuran dengan penduduk setempat. Hal ini terjadi karena imigrasi gelombang pertama, keban...