Jurnal

Meskipun menulis bagiku adalah salah satu cara pelepasan kepenatan selain memotret, memulainya adalah perjuangan tersendiri. Selain urusan pekerjaan yang terus memburu, urusan menikah adalah salah satu yang menghalangiku membarui blog ini.



Kalau sudah terlalu lama tidak menulis seperti saat ini, cara yang termudah adalah membuat tulisan dengan cara jurnal. Paling tidak, ada sistem yang bisa dipakai. Daripada menuangkan seluruh pikiran yang berkecamuk tapi hasilnya tak karuan, lebih baik menulis berdasarkan urutan meskipun hasilnya pasti tak istimewa.

Ayo dimulai.


Di tengah suasana tidak menentu karena bapak (ayah istriku) sakit keras, pernikahan ini akhirnya terlaksana. Sempat terpikir hanya akan dilangsungkan pemberkatan di gereja, tanpa resepsi. Tapi dengan pertimbangan banyak hal, resepsi pun diadakan. Tidak besar-besaran. Tapi cukup membuat bahagia karena bisa mengucap syukur bersama kerabat terkasih.


Ada blessing in disguise. Karena bolak-balik ke rumah sakit mengurus bapak yang sakit, aku dan istriku tidak terlalu cemas dengan proses pernikahan. Yang terjadi terjadilah. Yang penting kawin! Hasilnya, kami tidak seperti pasangan lain yang mungkin panik tentang bunga yang harus dipasang, baju yang harus dipas, atau makanan yang dipesan. Kami biarkan semuanya terjadi. Kalo nanti makanannya tidak enak ya yang penting ngga keracunan. Atau tukang fotonya tidak hadir, ya nanti tinggal minta foto dari kamera handphone dari kerabat yang hadir.



Untungnya, semua ketakutan tidak terjadi. Makanan (katanya) enak dan berlebih. Tukang foto datang dan berlebih. Maksudnya berlebih, banyak fotogafer dadakan yang memotret kami. Dari teman bapak yang fotografer profesional yang kebetulan merekam seluruh kegiatan dari acara gereja hingga di gedung, sepupu yang belajar motret, hingga handphone handai taulan yang ada kameranya, semuanya menghadirkan semua peristiwa dari berbagai sudut. Itu yang aku maksudkan berlebih. Tentu saja teman fotograferku dalam mencari makan jadi tukang foto kawinan aku suruh motret. Biar murah.

Selanjutnya, bulan madu ke Ujung Kulon.

Lha, bulan madu kok ke Ujung Kulon. Lihat badak kawin? Tidak saudara-saudara. Banten bagian barat, memanjang dari Carita, terus ke selatan, melewati Taman Nasional Ujung Kulon, terus ke Samudra Hindia ternyata menyimpan pesona wisata bahari yang mencengangkan. Pantai putih dan laut yang biru belum terlalu diperhatikan pemerintah. Kami memilih Pulau Umang, sebuah pulau kecil 20 km sebelum Taman Nasional sebagai tempat melepaskan diri.

Perjalanan cukup jauh, 4 jam. Pemandangan bagus, namun jalan di beberapa tempat rusak. Kalau pemerintah Banten ingin serius mengelola kawasan pantainya menjadi tujuan wisata yang baik, infrastruktur tampaknya banyak perlu dibenahi. Tuhan sudah menganugerahkan alam yang indah. Manusia harus berusaha memanfaatkan dengan baik.



Jauh-jauh ke sini, eh bertemu dengan teman kantor, Riri, yang sedang berlibur bersama keluarganya. Riri ternyata suka berpetualang juga. Jadilah ia dan keluarganya beserta kami bersama-sama mengadakan perjalanan ke Pulau Oar, 5 menit jauhnya dari Pulau Umang.


Kegiatan standar yang bisa dilakukan di Pulau Oar adalah snorkeling, bermain jetski, dan tentu saja berenang. Sebenarnya ada kesempatan untuk mencapai Taman Nasional. Sayang sewa perahunya mahal jadi harus mengumpulkan banyak orang. Selain itu kami kekurangan waktu, harus kembali ke Jakarta.

Kembali ke Jakarta, artinya melakukan tugas rutin sehari-hari. Sekarang bertambah menjadi suami yang artinya menjadi tukang ojek mengantar istri bekerja sampai Kampung Rambutan dan tugas-tugas lainnya yang pasti tidak menarik kalau dituliskan di sini.



Comments

Anonymous said…
awjeck ku sayang, luvvvv
Anonymous said…
Para pembaca, silakan tebak jempol kakinya siapakah yang mengintip pada photo terakhir diatas? hehehehe
Anonymous said…
This comment has been removed by a blog administrator.
Relina Arfianta said…
waaaww! selamat ya Bam! baru ngeh kl dirimu sudah nikah dari blog...

pulau umang keren banget ya pantainya?? ck..ck.ck..

be a good husband ya bro!
salam buat istri tercinta.. ^_^
prabhamwulung said…
>>mamarezakamal aka rere
thx re.. salam buat seluruh keluarga
priyatnadp said…
selamat ya mas bham, akhirnya sampai juga. Kapan kapan boleh juga tuh saweran boat ke pulau lainnya.
prabhamwulung said…
>>mpri
atau kita menyewa kapal bersma-sama dari bali menuju ujung kulon?
ikeow said…
ikuuutttt....

btw prabham sexy deh pake dodot pitpiwwww....

selamat yak...smoga bahagia selama-lamanya kaya di cerita dongeng, jadi suami yang setia jangan ngecengin dian sastro mlulu hihihi...banyak anak, banyak rejeki...amiiin....

jadi kapan sewa kapal bareng-barengnya?
Anonymous said…
mas ikut seneng deh...
salam sama mbak susi ya...
prabhamwulung said…
>>ikeow
seksi? hmmmm
yuuuk nyewa kapal.. kapan?

>>jenar
halo jenar.. kamu sudah umur berapa sekarang? salam buat bapak ibu ya.. juga salam buat pakde dan bude sama eyang putri dan eyang kakung...
Bhaam..ceritanya seruuu
sekali lagi selamat ya....
namun turut berduka cita juga ya untuk Bapaknya Susi....

take care

e
prabhamwulung said…
>> Doktor Eka
hai ka, apa kabar? udah jadi doktor ya? doktor cinta :p
kapan pulang ke indonesia?
thx ya
Anonymous said…
waaaaahhh bulan madu ke ujung kulon ? edian ! bikin iri tenan...
Salam kenal
prabhamwulung said…
>>praboto
salam kenal juga bung

Popular posts from this blog

Kicau

Rumah

20