Kompos
Tinggal di kampung bisa berarti tidak mungkin mendapat fasilitas seperti hidup di perumahan kelas atas dengan sarana yang komplit. Mungkin suasana guyub lebih mudah bisa didapat, tapi ada beberapa hal yang nampaknya harus diperjuangkan. Salah satunya sampah.
Aku dan istri memang lumayan pusing harus memikirkan masalah sampah.Di lingkungan rumah kami, orang masih mengandalkan membakar sampah untuk memusnahkan sampah rumah tangga. Bisa dipahami karena lingkungan ini berawal dari tanah kebun dan sawah sehingga pada awalnya jarak antar rumah masih berjauhan dan sampah rumah tangga yang dihasilkan belum semasif sekarang.
Ketika geliat kota mulai merambah kampung ini (termasuk kami yang tidak memiliki pilihan lain), jarak antar rumah menjadi semakin dekat dan orang semakin banyak menghasilkan sampah plastik. Membakar sampah adalah pilihan yang tidak bijaksana.
Setelah sibuk mencari sumber bacaan dan literatur, pilihan yang kemudian kami ambil adalah membedakan sampah. Sampah basah seperti sisa dapur, sisa makanan, dan makanan busuk ditempatkan berbeda dengan sampah plastik dan kardus. Tujuannya cuma satu, agar sampah plastik bisa dimanfaatkan pemulung dengan mudah.
Plastik-plastik yang bisa digunakan ulang disimpan saja untuk membungkus sesuatu. Tapi botol minuman ringan, kardus susu, dan semacamnya tentu tidak bisa kami gunakan lagi. Karena kami yakin pasti dibutuhkan oleh pemulung, kami pastikan sampah kering tersebut bebas dari kotoran basah yang membuatnya bau. Dengan begitu para pemulung dapat memanfaatkan sampah kering kami dengan lebih mudah. Aku pun bisa membuangnya ke tempat pembuangan sampah sementara dengan lebih tenang.
Lalu bagaimana dengan sampah basah? Kalau didiamkan akan membuat bau dan kotor. Menjadikannya kompos adalah jalan keluar. Pak Sobirin memberikan banyak pilihan dalam membuat kompos. Tapi karena ini baru percobaan pertama, aku memilih sistem aerob yang lebih mudah.
Siapkan tong plastik, satu batang pipa pvc 1/2 inchi, dan perkakas pertukangan standar untuk memotong dan mengebor.
Tong plastik dibolongi bagian bawah ukuran 15 cm x 20 cm. Juga di bagian bawah dilubangi dengan bor secukupnya. Gunanya akan saya beritahu nanti.
Pipa pvc dipotong-potong dibuat seperti di atas.
Oh ya, pipa pvcnya dibolongi dengan bor dulu ya. Agar udara bisa masuk ke dalam sampah.
Kira-kira hasilnya seperti ini. Nah sampah-sampah basah hasil rumah tangga dimasukkan ke sini. Agar cepat menjadi kompos, campur air dengan EM4 (bisa dibeli di toko tanaman). Air buangannya disalurkan melalui lubang-lubang kecil di bagian bawah seperti saya sebutkan di atas.
Lalu bagaimana memanennya? Caranya dengan membuka tutup lubang berukuran 15x20 cm seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Jadi, karena yang siap dipanen adalah sampah yang ada di bagian bawah, memang kita perlu bukaan di bagian bawah tong plastik ini.
Pada dasarnya ini adalah sistem coba-coba. Aku sendiri masih harus menyempurnakan cara membuat kompos ini. Ada pikiran untuk membuat sistem anaerob agar hasilnya lebih maksimal. Tapi sistem anaerob ini harus ditanam di dalam tanah, jadi mungkin perlu sedikit usaha lebih keras.
Harapannya sih sederhana saja. Paling tidak sampah basah yang dihasilkan rumah kami ada gunanya. Sedangkan sampah kering yang dibuang bisa dimanfaatkan para pemulung dengan lebih mudah, tidak harus mereka cuci dulu karena memang sudah kami bersihkan dari mulanya. Juga, kami tidak perlu beli kompos lagi untuk tanaman-tanaman kami.
Aku dan istri memang lumayan pusing harus memikirkan masalah sampah.Di lingkungan rumah kami, orang masih mengandalkan membakar sampah untuk memusnahkan sampah rumah tangga. Bisa dipahami karena lingkungan ini berawal dari tanah kebun dan sawah sehingga pada awalnya jarak antar rumah masih berjauhan dan sampah rumah tangga yang dihasilkan belum semasif sekarang.
Ketika geliat kota mulai merambah kampung ini (termasuk kami yang tidak memiliki pilihan lain), jarak antar rumah menjadi semakin dekat dan orang semakin banyak menghasilkan sampah plastik. Membakar sampah adalah pilihan yang tidak bijaksana.
Setelah sibuk mencari sumber bacaan dan literatur, pilihan yang kemudian kami ambil adalah membedakan sampah. Sampah basah seperti sisa dapur, sisa makanan, dan makanan busuk ditempatkan berbeda dengan sampah plastik dan kardus. Tujuannya cuma satu, agar sampah plastik bisa dimanfaatkan pemulung dengan mudah.
Plastik-plastik yang bisa digunakan ulang disimpan saja untuk membungkus sesuatu. Tapi botol minuman ringan, kardus susu, dan semacamnya tentu tidak bisa kami gunakan lagi. Karena kami yakin pasti dibutuhkan oleh pemulung, kami pastikan sampah kering tersebut bebas dari kotoran basah yang membuatnya bau. Dengan begitu para pemulung dapat memanfaatkan sampah kering kami dengan lebih mudah. Aku pun bisa membuangnya ke tempat pembuangan sampah sementara dengan lebih tenang.
Lalu bagaimana dengan sampah basah? Kalau didiamkan akan membuat bau dan kotor. Menjadikannya kompos adalah jalan keluar. Pak Sobirin memberikan banyak pilihan dalam membuat kompos. Tapi karena ini baru percobaan pertama, aku memilih sistem aerob yang lebih mudah.
Siapkan tong plastik, satu batang pipa pvc 1/2 inchi, dan perkakas pertukangan standar untuk memotong dan mengebor.
Tong plastik dibolongi bagian bawah ukuran 15 cm x 20 cm. Juga di bagian bawah dilubangi dengan bor secukupnya. Gunanya akan saya beritahu nanti.
Pipa pvc dipotong-potong dibuat seperti di atas.
Oh ya, pipa pvcnya dibolongi dengan bor dulu ya. Agar udara bisa masuk ke dalam sampah.
Kira-kira hasilnya seperti ini. Nah sampah-sampah basah hasil rumah tangga dimasukkan ke sini. Agar cepat menjadi kompos, campur air dengan EM4 (bisa dibeli di toko tanaman). Air buangannya disalurkan melalui lubang-lubang kecil di bagian bawah seperti saya sebutkan di atas.
Lalu bagaimana memanennya? Caranya dengan membuka tutup lubang berukuran 15x20 cm seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Jadi, karena yang siap dipanen adalah sampah yang ada di bagian bawah, memang kita perlu bukaan di bagian bawah tong plastik ini.
Pada dasarnya ini adalah sistem coba-coba. Aku sendiri masih harus menyempurnakan cara membuat kompos ini. Ada pikiran untuk membuat sistem anaerob agar hasilnya lebih maksimal. Tapi sistem anaerob ini harus ditanam di dalam tanah, jadi mungkin perlu sedikit usaha lebih keras.
Harapannya sih sederhana saja. Paling tidak sampah basah yang dihasilkan rumah kami ada gunanya. Sedangkan sampah kering yang dibuang bisa dimanfaatkan para pemulung dengan lebih mudah, tidak harus mereka cuci dulu karena memang sudah kami bersihkan dari mulanya. Juga, kami tidak perlu beli kompos lagi untuk tanaman-tanaman kami.
Comments
terusin mas! sekalian buat biopori. waktu itu aku pernah diajarin, tapi lupa. hehehehe...