Iwan
Aku dibesarkan di lingkungan dimana lagu-lagu Iwan Fals sudah mempengaruhiku sejak aku berada di Taman Kanak-kanak. Bapakku tukang gigi palsu. Ia memiliki beberapa anak buah yang berasal dari kampungnya di Jawa Timur sana. Harap maklum, usaha kecil-kecilan, jadi mereka juga tidur di rumahku. Bayangkan di atas tanah sebesar 144 meter persegi, hidup 10 orang. Kami berlima sekeluarga, satu pembantu rumah tangga, dan 4 karyawan bapakku yang masih muda-muda itu.
Dari merekalah aku mengenal sosok Iwan Fals. Yah, untuk pemuda seperti mereka, Iwan Fals adalah sosok pejuang pembebas. Maka hampir setiap hari lagu-lagu yang keluar dari leher penyanyi bersuara serak itu aku dengar. Lagu berjudul "Wakil Rakyat" yang terkenal itu telah aku dengar ketika aku berumur 7 tahun.
Perlahan tapi pasti, sosok Iwan menjadi sosok yang memberi aku inspirasi. Lagu-lagunya sangat membumi. Terutama untuk aku yang tinggal di kampung di pinggiran Jakarta, realitas sosial yang dinyanyikan olehnya dapat aku lihat secara nyata setiap hari dengan mata kepalaku sendiri.
Anda tahu lagu "Libur Kecil Kaum Kusam"? Di situ, digambarkan betapa bahagianya sebuah keluarga kecil yang miskin pergi berlibur. Sangat menyentuh. Aku juga tersentuh dengan lagu lain seperti "Sore Tugu Pancoran" yang bercerita tentang anak kecil yang harus berjuang untuk mendapatkan masa depannya dengan berjualan koran.
Ketika aku punya pacar untuk pertama kali di masa SMA dulu, Anda tahu lagu cintaku? Ya, lagu cintaku bukan lagu yang sedang ngetrend di masa itu. Lagu cintaku adalah "Buku Ini Aku Pinjam", "22 Januari", dan "Kumenanti Seorang Kekasih", lagu-lagu yang keluar tahun 80-an. Untukku, lagu cinta Iwan Fals merupakan lagu cinta yang romantis di tengah suasana yang tidak ideal. Itu lebih membumi bukan? Sebab tidak ada situasi yang ideal di dunia.
Aku sempat kehilangan sosoknya sejak akhir tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an. Mungkin saat itu ia sedang menarik diri ke belakang akibat meninggal putra pertamanya, Galang Rambu Anarki. Saat itu, lagu-lagu yang dikeluarkannya juga tidak semengena lagu-lagu terdahulu.
Namun itulah proses hidup. Seorang legenda pun memiliki saat-saat jatuhnya masing-masing. Tapi ternyata ia mampu bangkit. Puncaknya adalah ketika 3 tahun lalu ia dinobatkan oleh salah satu pahlawan Asia oleh majalah Time. Ia melanjutkan kariernya dengan menggunakan musik untuk melawan ketidakadilan.
Saat ini, saat aku menulis tulisan ini, di tengah kantor yang semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, headphone di telingaku pun mengeluarkan nyanyian suara serak dan berat milik Bang Iwan.
Dari merekalah aku mengenal sosok Iwan Fals. Yah, untuk pemuda seperti mereka, Iwan Fals adalah sosok pejuang pembebas. Maka hampir setiap hari lagu-lagu yang keluar dari leher penyanyi bersuara serak itu aku dengar. Lagu berjudul "Wakil Rakyat" yang terkenal itu telah aku dengar ketika aku berumur 7 tahun.
Perlahan tapi pasti, sosok Iwan menjadi sosok yang memberi aku inspirasi. Lagu-lagunya sangat membumi. Terutama untuk aku yang tinggal di kampung di pinggiran Jakarta, realitas sosial yang dinyanyikan olehnya dapat aku lihat secara nyata setiap hari dengan mata kepalaku sendiri.
Anda tahu lagu "Libur Kecil Kaum Kusam"? Di situ, digambarkan betapa bahagianya sebuah keluarga kecil yang miskin pergi berlibur. Sangat menyentuh. Aku juga tersentuh dengan lagu lain seperti "Sore Tugu Pancoran" yang bercerita tentang anak kecil yang harus berjuang untuk mendapatkan masa depannya dengan berjualan koran.
Ketika aku punya pacar untuk pertama kali di masa SMA dulu, Anda tahu lagu cintaku? Ya, lagu cintaku bukan lagu yang sedang ngetrend di masa itu. Lagu cintaku adalah "Buku Ini Aku Pinjam", "22 Januari", dan "Kumenanti Seorang Kekasih", lagu-lagu yang keluar tahun 80-an. Untukku, lagu cinta Iwan Fals merupakan lagu cinta yang romantis di tengah suasana yang tidak ideal. Itu lebih membumi bukan? Sebab tidak ada situasi yang ideal di dunia.
Aku sempat kehilangan sosoknya sejak akhir tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an. Mungkin saat itu ia sedang menarik diri ke belakang akibat meninggal putra pertamanya, Galang Rambu Anarki. Saat itu, lagu-lagu yang dikeluarkannya juga tidak semengena lagu-lagu terdahulu.
Namun itulah proses hidup. Seorang legenda pun memiliki saat-saat jatuhnya masing-masing. Tapi ternyata ia mampu bangkit. Puncaknya adalah ketika 3 tahun lalu ia dinobatkan oleh salah satu pahlawan Asia oleh majalah Time. Ia melanjutkan kariernya dengan menggunakan musik untuk melawan ketidakadilan.
Saat ini, saat aku menulis tulisan ini, di tengah kantor yang semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, headphone di telingaku pun mengeluarkan nyanyian suara serak dan berat milik Bang Iwan.
Comments
http://iwanfalsmania.blogspot.com/
salam kenal bung..
komentar ga penting mulu :)