Virus
Virus Corona menyadarkan kepada kita bahwa kehidupan adalah sesuatu yang rentan, fragile. Semua yang kita miliki ini hanyalah fana walau menurut Pak Sapardi yang fana hanyalah waktu, sedangkan kita abadi #uhuy .
Gara-gara virus corona ini saya jadi ingat bukunya Jared Diamond yang berjudul Guns, Germs, and Steel. Pak Jared menulis ini karena terusik pertanyaan dari suku asli di pedalaman Papua. Pertanyaannya sederhana, mengapa barang-barang terbaik datang dari barat, bukan dari kami?
Dari hasil penelitian pak Jared selama berpuluh tahun di Papua, Afrika, Timur Tengah, buku ini hadir menjawab pertanyaan sederhana itu. Saya coba merangkum dalam kalimat-kalimat sederhana. Bila pembaca menemukan ada kesalahan saya dalam menuliskan rangkuman ini, mohon diberitahu dalam komentar di bawah.
Pertanyaan dasar tadi seolah menggambarkan kehidupan manusia bahwa manusia barat lebih makmur, lebih pintar dari manusia asli. Tapi kehidupan manusia ternyata berkembang dari barat, bukan semata-mata karena manusia yang tinggal di barat lebih cerdas.
Sejak bentuk tanah di bumi berbentuk seperti yang kita kenal saat ini sekitar 500 ribu tahun lalu (artinya benua Afrika, benua Asia, Amerika, dst sudah mulai berbentuk seperti yang kita kenal saat ini), kehidupan di timur Afrika mulai menunjukkan perkembangan otak kera yang lebih mampu mengolah benda-benda yang ada di bumi. Semakin lama semakin canggih sehingga 200 ribu tahun lalu mulai bermigrasi menyebrangi jalur kecil dari Afrika ke Timur Tengah yang kita kenal saat ini sebagai kawasan Suez.
Ketika mencapai Levant (Suriah, Irak saat ini), karena tanahnya yang subur, manusia berkembang dan mulai mengadopsi sistem pertanian. Dari sini manusia menyebar ke utara ke Eropa, ke timur arah India, lalu bercabang ke Nusantara dan ke China. Dari China menyebrang melalui selat Bering yang masih berupa daratan ke Amerika Utara lalu ke Selatan. Dari Nusantara menyebrang ke Australia.
Sampai sini Stop! Permukaan laut naik karena es di kutub mencair. Kehidupan di Nusantara terkunci, begitu juga di Australia dan Amerika. Manusia belum mampu membuat kapal.
Nah kita lihat bentangan dari Eropa barat hingga China, lalu ada hubungan sedikit ke Afrika. Luas bukan? Karena bentangannya yang besar, kehidupan bisa saling berhubungan. Teknologi saling bertukar tempat, saling terinformasi. Maka teknologi pertanian terus berkembang di hamparan maha luas ini. Di hamparan luas ini binatang liar mampu dijinakkan (didomestifikasi). Maka muncul kuda, sapi, babi, ayam, kambing, yang berguna bagi kehidupan manusia.
Apa yang terjadi dengan Australia, Nusantara, dan Amerika? Mereka memiliki kehidupan juga dengan teknologi yang makin lama makin maju, namun tidak semaju di hamparan Eurasia. Mengapa? ya karena pertukaran informasi mereka terbatas.
Bagaimana dengan Amerika? Kan benua itu besar juga? Kalau kita perhatikan, Eurasia memiliki hamparan dari barat ke timur dengan iklim yang nyaris serupa. Amerika besar tapi hamparannya berupa utara-selatan. Hamparan utara selatan membuat iklim berbeda dari utara hingga selatan. Hal ini menyebabkan teknologi bercocok tanam yang ditemukan di utara sulit diterapkan di selatan. Sedangkan Eurasia, dari timur hingga barat memiliki iklim yang relatif serupa. Maka setiap perkembangan teknologi mudah berpindah tempat. Dengan hamparan yang luas maka perkembangan sangat cepat dan masif.
Manusia besar dengan hamparan besar dengan hewan-hewan yanga da di pekarangannya, maka mudahlah bagi penyakit yang tadinya hinggap di hewan, setelah didomestifikasi atau dijinakkan, hinggap di manusia. Flu tadinya adalah penyakit babi, kemudian pindah ke manusia. Penyakit di unta, di unggas, di kambing, di kuda, berpindah ke manusia.
Jadi penyakit pun timbul di daerah yang kehidupan pertaniannya canggih. Dalam hal Eurasia, maka penyakit banyak muncul di dataran Levant dan China karena daerah tersebut luas dan subur dengan penduduk banyak. Nanti dalam kehidupan berikutnya, setelah revolusi industri tumbuh, di Eropa juga muncul berbagai penyakit baru karena manusia berkonsentrasi dalam jumlah banyak di suatu tempat.
Nah penyakit-penyakit ini lama kelamaan membuat manusia yang dihinggapinya kebal. Apa yang terjadi? Saat manusia di Eropa yang sudah kebal terhadap penyakit lama kemudian menemukan teknologi berlayar, maka mereka membawa penyakit tersebut ke tanah baru. Saat Eropa menjejakkan kakinya ke Amerika, yang membunuh penduduk asli bukanlah senjata, namun kuman dan penyakit yang mereka bawa ke tanah baru. Penduduk asli tidak memiliki kekebalan tubuh seperti manusia Eropa.
Setelah manusia menemukan teknologi mengarungi lautan, maka Nusantara, Australia, Amerika dapat "ditemukan kembali" oleh manusia yang secara teknologi lebih maju. Bukan karena mereka lebih pintar dan cerdas, tapi karena secara geografi mereka lebih "beruntung" hidup di area yang luas dan beriklim sama.
Manusia, dengan teknologi yang makin canggih, baru dapat mendiami area terjauhnya di Kepulauan Pasifik kira-kira 200 tahun yang lalu dengan metoda yang sama, migrasi dari satu tempat ke tempat lain secara melompat.
Munculnya pesawat terbang membuat perpindahan penduduk atau migrasi makin cepat dan masif. Maka penyakit semakin mudah untuk berpindah dan bertansformasi. Virus corona menunjukkan hal itu.
Gara-gara virus corona ini saya jadi ingat bukunya Jared Diamond yang berjudul Guns, Germs, and Steel. Pak Jared menulis ini karena terusik pertanyaan dari suku asli di pedalaman Papua. Pertanyaannya sederhana, mengapa barang-barang terbaik datang dari barat, bukan dari kami?
Dari hasil penelitian pak Jared selama berpuluh tahun di Papua, Afrika, Timur Tengah, buku ini hadir menjawab pertanyaan sederhana itu. Saya coba merangkum dalam kalimat-kalimat sederhana. Bila pembaca menemukan ada kesalahan saya dalam menuliskan rangkuman ini, mohon diberitahu dalam komentar di bawah.
Pertanyaan dasar tadi seolah menggambarkan kehidupan manusia bahwa manusia barat lebih makmur, lebih pintar dari manusia asli. Tapi kehidupan manusia ternyata berkembang dari barat, bukan semata-mata karena manusia yang tinggal di barat lebih cerdas.
Sejak bentuk tanah di bumi berbentuk seperti yang kita kenal saat ini sekitar 500 ribu tahun lalu (artinya benua Afrika, benua Asia, Amerika, dst sudah mulai berbentuk seperti yang kita kenal saat ini), kehidupan di timur Afrika mulai menunjukkan perkembangan otak kera yang lebih mampu mengolah benda-benda yang ada di bumi. Semakin lama semakin canggih sehingga 200 ribu tahun lalu mulai bermigrasi menyebrangi jalur kecil dari Afrika ke Timur Tengah yang kita kenal saat ini sebagai kawasan Suez.
Ketika mencapai Levant (Suriah, Irak saat ini), karena tanahnya yang subur, manusia berkembang dan mulai mengadopsi sistem pertanian. Dari sini manusia menyebar ke utara ke Eropa, ke timur arah India, lalu bercabang ke Nusantara dan ke China. Dari China menyebrang melalui selat Bering yang masih berupa daratan ke Amerika Utara lalu ke Selatan. Dari Nusantara menyebrang ke Australia.
Sampai sini Stop! Permukaan laut naik karena es di kutub mencair. Kehidupan di Nusantara terkunci, begitu juga di Australia dan Amerika. Manusia belum mampu membuat kapal.
Nah kita lihat bentangan dari Eropa barat hingga China, lalu ada hubungan sedikit ke Afrika. Luas bukan? Karena bentangannya yang besar, kehidupan bisa saling berhubungan. Teknologi saling bertukar tempat, saling terinformasi. Maka teknologi pertanian terus berkembang di hamparan maha luas ini. Di hamparan luas ini binatang liar mampu dijinakkan (didomestifikasi). Maka muncul kuda, sapi, babi, ayam, kambing, yang berguna bagi kehidupan manusia.
Apa yang terjadi dengan Australia, Nusantara, dan Amerika? Mereka memiliki kehidupan juga dengan teknologi yang makin lama makin maju, namun tidak semaju di hamparan Eurasia. Mengapa? ya karena pertukaran informasi mereka terbatas.
Bagaimana dengan Amerika? Kan benua itu besar juga? Kalau kita perhatikan, Eurasia memiliki hamparan dari barat ke timur dengan iklim yang nyaris serupa. Amerika besar tapi hamparannya berupa utara-selatan. Hamparan utara selatan membuat iklim berbeda dari utara hingga selatan. Hal ini menyebabkan teknologi bercocok tanam yang ditemukan di utara sulit diterapkan di selatan. Sedangkan Eurasia, dari timur hingga barat memiliki iklim yang relatif serupa. Maka setiap perkembangan teknologi mudah berpindah tempat. Dengan hamparan yang luas maka perkembangan sangat cepat dan masif.
Manusia besar dengan hamparan besar dengan hewan-hewan yanga da di pekarangannya, maka mudahlah bagi penyakit yang tadinya hinggap di hewan, setelah didomestifikasi atau dijinakkan, hinggap di manusia. Flu tadinya adalah penyakit babi, kemudian pindah ke manusia. Penyakit di unta, di unggas, di kambing, di kuda, berpindah ke manusia.
Jadi penyakit pun timbul di daerah yang kehidupan pertaniannya canggih. Dalam hal Eurasia, maka penyakit banyak muncul di dataran Levant dan China karena daerah tersebut luas dan subur dengan penduduk banyak. Nanti dalam kehidupan berikutnya, setelah revolusi industri tumbuh, di Eropa juga muncul berbagai penyakit baru karena manusia berkonsentrasi dalam jumlah banyak di suatu tempat.
Nah penyakit-penyakit ini lama kelamaan membuat manusia yang dihinggapinya kebal. Apa yang terjadi? Saat manusia di Eropa yang sudah kebal terhadap penyakit lama kemudian menemukan teknologi berlayar, maka mereka membawa penyakit tersebut ke tanah baru. Saat Eropa menjejakkan kakinya ke Amerika, yang membunuh penduduk asli bukanlah senjata, namun kuman dan penyakit yang mereka bawa ke tanah baru. Penduduk asli tidak memiliki kekebalan tubuh seperti manusia Eropa.
Setelah manusia menemukan teknologi mengarungi lautan, maka Nusantara, Australia, Amerika dapat "ditemukan kembali" oleh manusia yang secara teknologi lebih maju. Bukan karena mereka lebih pintar dan cerdas, tapi karena secara geografi mereka lebih "beruntung" hidup di area yang luas dan beriklim sama.
Manusia, dengan teknologi yang makin canggih, baru dapat mendiami area terjauhnya di Kepulauan Pasifik kira-kira 200 tahun yang lalu dengan metoda yang sama, migrasi dari satu tempat ke tempat lain secara melompat.
Munculnya pesawat terbang membuat perpindahan penduduk atau migrasi makin cepat dan masif. Maka penyakit semakin mudah untuk berpindah dan bertansformasi. Virus corona menunjukkan hal itu.
Comments