Bedugul
Lumayan terkejut mendapat email dari Air Asia bahwa saya juara kedua kontes foto Air Asia untuk bulan September. Secara pribadi memang saya menyukai foto yang saya buat ini. Namun seumur-umur belum pernah saya menang kontes-kontesan. Dari lomba kelereng atau deklamasi tingkat RT hingga kontes abang-none atau raja ratu sejagat, semuanya cuma ada di awang-awang.
Sedikit cerita tentang proses foto ini. Saat saya tinggal di Bali tahun lalu, Steve mengajak saya ke danau Bratan di kawasan Bedugul, Bali. Menggunakan sepeda motor masing-masing, kami berdua beriringan menuju kawasan Bali bagian utara tersebut. Sepanjang jalan hujan turun, namun berhenti ketika kami mencapai Bedugul.
Pura di tengah danau selalu menawarkan sesuatu yang baru buat saya. Sudah beberapa kali saya ke sana, namun selalu ada hal baru yang ditemui. Begitu pula saat itu, berharap sebuah pengalaman baru yang akan mewarnai hidup kelak akan datang menghampiri.
Namun baru sekitar 1 jam kami di sana, kabut turun sangat cepat. Padahal masih jam 3 sore. Batas pandangan hanya 1 meter. Entah mengapa saya justru melihat ada peristiwa yang menarik saat itu, ketika nelayan yang buru-buru menepikan perahunya terselimutkan kabut tebal. Sedikit bimbang, takut kabut yang pekat akan menghancurkan lensa. Tapi dipikir-pikir, peristiwa seperti itu jarang terjadi. Dengan sedikit melindungi lensa menggunakan handuk, saya mengabadikan beberapa peristiwa yang menarik itu.
Lumayan, dapat tiket 100 ringgit Malaysia dari Air Asia.
Sedikit cerita tentang proses foto ini. Saat saya tinggal di Bali tahun lalu, Steve mengajak saya ke danau Bratan di kawasan Bedugul, Bali. Menggunakan sepeda motor masing-masing, kami berdua beriringan menuju kawasan Bali bagian utara tersebut. Sepanjang jalan hujan turun, namun berhenti ketika kami mencapai Bedugul.
Pura di tengah danau selalu menawarkan sesuatu yang baru buat saya. Sudah beberapa kali saya ke sana, namun selalu ada hal baru yang ditemui. Begitu pula saat itu, berharap sebuah pengalaman baru yang akan mewarnai hidup kelak akan datang menghampiri.
Namun baru sekitar 1 jam kami di sana, kabut turun sangat cepat. Padahal masih jam 3 sore. Batas pandangan hanya 1 meter. Entah mengapa saya justru melihat ada peristiwa yang menarik saat itu, ketika nelayan yang buru-buru menepikan perahunya terselimutkan kabut tebal. Sedikit bimbang, takut kabut yang pekat akan menghancurkan lensa. Tapi dipikir-pikir, peristiwa seperti itu jarang terjadi. Dengan sedikit melindungi lensa menggunakan handuk, saya mengabadikan beberapa peristiwa yang menarik itu.
Lumayan, dapat tiket 100 ringgit Malaysia dari Air Asia.
Comments
ga cukup kali....
kan kamu sudah memenangkan hati mas yang itu tuh (halah)
again,congrats!!
itu hibah
>>miss_e aka enira
ga mau jalan2 ke malaysia... rugi!! seriously, indonesia jauh lebih bagus.. mereka menang promosi doang.. trust me...
thx mon...
pa kabar nih?