Ubud
Pernah tingal di Ubud selama beberapa waktu, lalu kembali ke Jakarta, adalah seperti melompati dua ruang waktu yang berbeda. Yang satu membuat dada berdegup cepat, satunya lagi menenangkan pikiran.
Iseng-iseng membuka file foto-foto lama, dan menemukan beberapa foto yang aku buat selama tinggal di Ubud. Beberapa foto pemandangan alam, beberapa foto kawan-kawan lama. Semuanya membawaku kembali ke kota kecil itu.
Tapi cukuplah untuk kata-kata melankolis. Segala wangi tanah dan ingatan tentang Ubud cukup di kepalaku saja. Mari kita berwisata di kota kecil itu menemani alam pikiranku yang berkelana ke sana.
Bila Anda dari Denpasar, terus ke utara, setelah Sayan Anda akan menemui pertigaan Ubud. Segera belok kanan untuk mencapai pusat kota Ubud. Sampai ke puri Ubud, segera masuki pasar di depannya. Banyak hal remeh temeh khas Bali di situ. Tidak seramai Pasar Sukowati memang, sehingga terasa lebih intim.
Puri Ubud mengadakan pertunjukan tarian setiap minggu. Jumat malam kalau tidak salah. Terus terang saya lupa. Setiap hari puri juga mengadakan latihan tari. Jangan lupa bermain-main dengan monyet di Monkey Forest tidak jauh dari puri, hanya kira-kira 10 menit bersepeda.
Kalau lapar, misalnya Anda bisa menyantap babi, coba babi guling Ibu Oka di depan puri. Meskipun sedikit jorok tempatnya, entah mengapa tempat ini sangat ramai, dari turis lokal hingga interlokal, eh internasional. Kalau mencari masakan halal, segera tuju restoran padang Putri Minang kira-kira satu kilometer sebelah timur Puri. Restoran Putri Minang ini cukup terkenal, sampai-sampai majalah bagi kaum backpacker di seluruh dunia, Lonely Planet merekomendasikannya. Tidak heran banyak bule yang menyambangi.
Bosan dengan babi guling atau warun padang? Coba masakan ayam kadewatan Ibu Mangku. Jadi kalau tadi di awal Anda dari pertigaan belok kanan untuk menuju pusat kota Ubud, untuk menuju restoran ini ambil jalan yang lurus menuju Kedewatan. Tidak jauh, sebelah kanan ada rumah yang dijadikan restoran. Mampirlah. Anda akan menyukai rumahnya yang sangat Bali sekaligus ayam khasnya. Seporsi ayam kedewatan pada tahun 2007 berharga 7000 rupiah. Kenyang, enak, dan lumayan membuat berkeringat karena sedikit pedas.
Kalau Anda berada hanya sehari di Ubud, ini yang wajib Anda lakukan: menyewa sepeda. Ya, menyewa sepeda lalu masuklah ke dalam permukiman melalui jalan-jalan kecilnya. Dari Puri ambil ke barat menuju arah Sungai Ayung. Bersepeda akan lebih asik di area ini. Banyak jalan-jalan kecil yang unik.
Banyak hotel mewah di Ubud. Tapi kalau Anda bingung mencari penginapan murah di sekitar pusat kota Ubud, pastinya ada beberapa hotel melati. Tapi tempat kostku dulu juga mau menyewakan kamar-kamarnya per hari. Letaknya lebih dekat ke Payangan, dekat salah satu hotel termahal di Bali yang sering diinapi oleh Permaisuri Yordania atau desainer Donna Karan, Begawan Giri. Jangan takut dengan penampilan sang empunya kost, Pak Gempol yang berambut gimbal dan badan penuh tato. Kalau mulai berbicara, ia seperti malaikat.
Sebetulnya berat ketika kemudian aku harus meninggalkan kota kecil yang cantik ini. Tapi seseorang menungguku di Jakarta. Apapun, kota ini telah membekas di sebagian sudut hatiku.
Comments
saya memang pernah bersepeda di ubud.
wah memang mengasyikkan. udaranya segar sekali
uni
wah anda melakukan juga
salam kenal
yang nunggu di jakarta lebih cantik kan bham? hehehe...
ubud ya? boleh...boleh...nunggu punya duit...
tarik manggg
Udaranya segar...pokoknya menyenangkanlah... :)
hai wan
terima kasih berkunjung
silakan din... buat berlibur bersama keluarga juga asik
masih sepedaan terus? kapan sepedaan ke jakarta ?:p
Salam kenal ^^