Sri

"Sri" yang selalu pulang kalau habis beli terasi


Lagu daerah semakin ngepop. Maksudnya, bukan jamannya lagi lagu-lagu yang dinyanyikan dengan bahasa daerah dimainkan dengan gending, kecapi, kulintang, dan semacamnya. Organ tunggal menggantikan semuanya. Tema-tema yang diusung juga semakin penuh dengan nuansa "kekinian". Up to date.


Coba bandingan dua lagu berbahasa Jawa di bawah ini. (Maaf memilih lagu berbahasa Jawa. Bukan Jawanisasi, tapi itu satu-satunya bahasa daerah yang saya lumayan mengerti).

Yen Ing Tawang Ana Lintang
(ciptaan Andjar Any)

Yen ing tawang ana lintang, cah ayu
aku ngenteni tekamu
marang mega ing angkasa, ingsun takokke pawartamu
Janji-janji aku eling, cah ayu
sumedhot rasane ati
lintang-lintang ngiwi-iwi, nimas
tresnaku sundhul wiyatiDhek semana janjiku disekseni mega kartika
kairing rasa tresna asih
Yen ing tawang ana lintang, cah ayu
rungokna tangising ati
binarung swarane ratri, nimas
ngenteni mbulan ndadari

Dhek semana janjiku disekseni mega kartika
kairing rasa tresna asih

Yen ing tawang ana lintang, cah ayu
rungokna tangising ati
binarung swaraning ratri
ngenteni mbulan ndadari

Terjemahan bebas menurut bahasa Indonesia sebagai berikut.

Di langit ada bintang, Manisku
aku menunggu kedatanganmu
pada mega di langit,
kutanyakan kabar beritamu
Janji-janji aku ingat, Manisku
merasuk rasa di hati
bintang-bintang memanggilmu, Adik cantik
menunggu bulan purnama

Kala itu, janjimu disaksikan
langit bintang, diiringi
rasa cinta yang begitu besar

Di langit ada bintang, Manisku
dengarkan tangisan hati
bersamaan dengan suara malam,
cintaku jauh setinggi langit

Lagu tersebut diciptakan oleh maestro Keroncong, Andjar Any, pada pertengahan tahun 60-an. Bandingkan dengan lagu di bawah ini.

Sri (nDang Baliyo)
(Ciptaan Sonny Josh)

Sri, kapan kowe bali, kowe lungo ora pamit aku
Jarene ning pasar, pamit tuku trasi, nganti saiki kowe durung bali
Sri opo kowe lali, janjine sehidup semati
Aku ora nyono, kowe arep lungo, loro atiku, atiku loro


nDang baliyo Sri, nDang baliyo, aku loro mikir kowe ..
nDang baliyo Sri, nDang baliyo, tego temen kowe minggat ninggalake aku
Yen pancene Sri, kowe eling aku
Ndang baliyo, aku kangen setengah mati

Kemudian penyanyi berkata-kata diiringi lagu: Sri, kowe neng endi to Sri? ndang baliyo Sri, aku kangeeen banget. (Kangen diucapkan dengan panjang)

Terjemahan bebas menurut bahasa Indonesia sebagai berikut.

Sri (Segera Pulang)

Sri, kapan kamu kembali? Kamu pergi tanpa pamit aku
Katanya ke pasar, pamit beli terasi, sampai sekarang belum kembali
Sri, apakah kau lupa janji sehidup semati?
Aku tidak menyangka kamu akan pergi, sakit hatiku, hatiku sakit

Segera pulang, Sri! Segera pulang! Aku sakit memikirkan kamu
Segera pulang, Sri! Segera pulang! Tega sakali sih kamu meninggalkan aku
Namun seandainya Sri, kamu ingat aku
Segera pulang, aku rindu setengah mati

Lalu diakhiri berkata-kata diiringi musik: Sri, kamu dimana sih, Sri? Segera pulang Sri, aku rinduuuuuuu sekali.

Lagu berjudul Sri ini benar-benar meledak di tahun 2003-2005. Di pelosok-pelosok perkampungan di Jawa, di truk-truk yang sedang beristirahat di jalur Pantura, di rumah-rumah kontrakan pedagang Bakso asal Wonogiri di Jakarta, hingga ke perkampungan imigran Jawa di Paramaribo, Suriname atau perkampungan kumuh TKI di Selangor.

Dari kedua lagu tersebut, kita bisa melihat bagaimana nuansa yang tercipta begitu berbeda. Padahal keduanya menceritakan hal yang sama, kerinduan akan kekasih tercinta. Pada lagu pertama, banyak simbol-simbol dan perwakilan untuk menceritakan suasana hati. Bintang di angkasa, bulan purnama, dan suasana malam melukiskan suasana sang pelantun lagu betapa sang gadis cantik membawa kesan yang mendalam.

Lagu yang kedua, bukan bintang, mega, bulan, atau semilir angin yang menjadi penanda, tapi terasi! Kekasihnya pamit beli terasi, tapi sampai saat ini belum pulang juga. Ada apa gerangan? Diculik? Sengaja kabur? Kalau betul sengaja kabur, kenapa? Kekerasan dalam rumah tangga? Kepincut laki-laki lain? Tak kuat dengan harga gas yang melambung?

Itulah yang saya maksud tadi dengan nuansa kekinian. Bukan jamannya lagi melihat bulan dan kemudian wajah sang kekasih tergambar di sana. Saat ini romansa dan percintaan, bahkan di daerah pun, tidak peduli dengan perlambang. Semuanya to the point dan tanpa basa-basi. Seperti kasus terasi itu tadi. Penggunaan kata "nDang" yang sebenarnya kasar pun dipilih untuk menegaskan tiadanya basa-basi. "Kamu pulang, dong Sri, aku sudah tidak tahan nih", begitu yang ingin diungkapkan Kang Sonny Josh.

Lagu Sri, dan lagu-lagu dari daerah lain niscaya semakin bertema yang menceritakan suasana saat ini. Mungkin selingkuh yang ketahuan lewat sms, atau suami yang mabuk melulu. Nampaknya pencipta lagu semikin sulit untuk merasakan ombak yang bergulung, angin yang semilir, padi yang merunduk berwarna kekuningan, atau gunung yang gagah perkasa. Bagaimana bisa merasakan semua itu kalau pencipta lagunya juga pusing dengan minyak tanah yang sulit dicari di pasar, atau isrinya yang bernama Sri kabur dengan laki-laki lain?

Comments

Anonymous said…
wakakak... lha piye kang? lha wong sri pingsan karo bau terasine...
rini.suryantini said…
Ah Bham, andai kau ciptakan lagu, pastilah yang sarat dengan makna dan simbol-simbol yang indah.. daku yakin itu! Jangankan mencipta lagu, menulis cerita saja sangat puitis... ^_^ Oiya, adakah cerita tentang si Unggul (atau Tunggul?) lagi? Ditunggu ya!
prabhamwulung said…
>>rini
hai rini.. wah apa kabar? gimana jerman? salam buat keluarga, rana dan guntur.. iya lagi bikin lagu campursari juga nih.. judulnya nDen Biyen, bahasa indonesianya: Waktu Itu. Bercerita tentang suami yang ditinggal istri gara2 mabuk melulu. trus dia nyesel. trus dia inget di kala dulu waktu jaman normal, dia dan istrinya bisa hidup bahagia bersama. trus nyanyi deh.. udah kebayang video klipnya...
prabhamwulung said…
>> ai:aa
thx udah mampir.. ok gw link.. rajin menulis ya...
Anonymous said…
saudara prabham...saya punya pekerjaan rumah untuk anda ya...
tolong cek ke blog saya di postingan bertajuk "pe er"


terima kasih sebelumnya....
Anonymous said…
Haha, ini lagu sering dinyanyiin pengamen bis eko jogja-pwt yg sering saia naiki. sampe apal saiah. hwahahaha
rini.suryantini said…
abham & sri, eh salah, maksudnya susi, maafkan lahir bathin ya... sampe ketuker. hehehe... maafken...
prabhamwulung said…
>>gerrilyawan aka yoso
ntar ya so.. masih banyak kerjaan nih

>>duniafannie
di jakarta juga sempet happening :p

>>rini
maaf lahir batin juga
ikeow said…
ya ampuun dari dulu pengen komentar postingan yang ini ga bisa-bisa! Sebel!

mas bham, aku ngenteni tekamu!!! hwahwahwa....

*dari semua postingannya prabham, so far ini yg paling aku suka :D*
prabhamwulung said…
>>ikeow
ah macaa ciihh

Popular posts from this blog

Kicau

Galuh

Rumah