Kangen

Ini bukan sebuah tulisan tentang romansa. Ini tentang, katakanlah, seekor kodok yang dicium oleh putri raja, lalu berubah menjadi pangeran tampan, lalu mempersunting sang putri dan mewarisi kerajaan. Sudah sering bukan kita membaca legenda-legenda semacam itu? Kita selalu melihat dari sisi cerita yang berakhir bahagia. Tapi pernahkah kita berpikir, bukankah tidak mudah bagi kodok yang berubah jadi pangeran atau cinderella miskin yang mendadak sontak hidup di istana menjalani hidup baru mereka yang sama sekali baru.

Ini pula yang sedang dialami Kangen Band. Berawal dari penjaja cendol, penjaga sepatu, atau penggenjot becak, kini mereka berada dalam kilauan panggung musik, memiliki album, dan lagunya banyak diputar di radio. Terlihat seperti sebuah cerita-cerita Disney bila kita menghentikan tulisan di sini. Tapi seperti sudah saya sebutkan di atas, pernahkah kita berpikir bagaimana sang pangeran yang dulunya "kodok" menjalani hari lepas hari? Bagaimana Cinderella harus bersikap di ruang makan dengan tata laku yang kaku dan banyak aturan? Tidakkah banyak pihak yang benci (antara lain mungkin karena gagal mewarisi kerajaan atau harta) yang mengungkit-ungkit masa lalu mereka?

Ya, itu yang dialami Doddy, Andika, Tama, Lim, Nory, dan Barry, para personel Kangen Band. Menjadi pangeran yang masa lalunya kodok ternyata tidak mudah. Banyak yang meragukan kemampuan mereka bermusik (sayangnya, suka atau tidak, kemampuan mereka memang pas-pasan kalau mau tidak dibilang buruk). Tidak sedikit juga yang mengatakan mereka menghancurkan musik Indonesia. Bahkan sebuah grup band rap asal Bandung mengeluarkan lagu makian khusus untuk mereka. Wajah mereka dikatakan tidak layak tampil.

Tapi, ini yang menjadi anomali, dengan kemampuan bermusik yang pas-pasan, dan wajah "seperti tetangga sebelah rumah", lagu mereka digemari kalangan bawah. Tanpa video klip mereka diputarkan stasiun televisi MTV, lagu-lagu bajakan mereka laku keras. Alhasil undangan manggung mengalir deras untuk mereka, bahkan hingga Malaysia dan Hongkong (untuk menghibur para TKI tentunya, bukan mengadakan konser di Stadion Bukit Jalil atau Hongkong National Stadium).

Dicaci tapi dipuja. Dibilang jelek tapi laku dimana-mana. Ndeso, katro, kampungan, tapi muncul di televisi, radio, dan koran. Tapi bukankah wajah Kangen Band adalah wajah kita, bangsa Indonesia? Lalu apa bedanya Kangen Band dengan anggota DPR yang menyebalkan tapi selalu menghiasi hari-hari kita dengan selalu ada di media massa?

Kita sebal, tapi bila mereka tidak ada, hidup kita tidak lengkap. Kangen...

Comments

priyatnadp said…
kalo kangen bham itu siapanya kangen band ya?
prabhamwulung said…
>>priyatnadp
mungkin salah satu fansnya kangen band, pri
Unknown said…
bham, bokap gw kan jg salah satu anggota huhuhu...tp ga gt kok..sumpeh deh..
prabhamwulung said…
>>zulfa
huahuahua..
peace ya buat bapaknya zulfa.. ampun oom...
iya kok.. bokap elu ngga kaya gitu..
ikeow said…
bham, kamu kok selingkuh?
prabhamwulung said…
>>ikeow
tidak tik.. aku masih sama kamu kok..
(peace pri!)
Anonymous said…
hidup kangen :D
prabhamwulung said…
>>detnot
hidup juga
salam untuk cah jogja

Popular posts from this blog

Kicau

Galuh

Rumah