Rumah
Rumah rancangan Geoffrey Bawa. Foto oleh Adrian Snell Rumah, betapa pun kecil dan sederhananya, selalu menjadi istana bagi yang mendiami. Idealisme itu yang kami, aku dan istri, usung ketika memutuskan menikah dan berpikir rumah seperti apa yang akan kami tempati. Kami tidak ingin memiliki rumah dengan kamar-kamar yang besar dan megah namun kering di dalamnya. Kalau diizinkan oleh Sang Empunya Hidup, kami ingin memiliki rumah sederhana yang angin bebas mengalir masuk dan keluar sehingga yang mendiami merasa sejuk. Kira-kira 6 bulan sebelum menikah sebenarnya kami sudah memulai untuk berburu rumah. Beberapa perumahan sempat kami datangi. Ternyata kami harus berpikir ulang. Membeli rumah di perumahan memang akan memudahkan mendapat kredit, tapi rumah yang dijual tidak ada yang sesuai dengan gaya kami. Terlalu membosankan dan bentuknya itu-itu saja. Garing (dan juga mahal hehe). Kami pun beralih pikiran untuk membeli tanah saja. Dengan membeli tanah, kami bisa membangun rumah dari nol ses...